Adu argumen antara Herman Deru dan Mawardi Yahya dianggap sedang mempertontonkan kegagalan masing-masing saat masih menjabat sebagai gubernur dan wakil gubernur periode 2018-2023.
Hal itu disampaikan oleh koordinator aktivis Sumsel-Jakarta Harda Belly saat merespon debat pertama calon gubernur (Cagub) provinsi Sumatera Selatan (Sumsel) yang dilaksanakan pada Senin (28/10).
“Terus terang, Herman Deru dan Mawardi Yahya saling serang sama saja dengan membuka aib kegagalan mereka saat menjabat gubernur dan wakil gubernur,” kata HB sapaan akrabnya, Sabtu (2/11/2024).
HB menuturkan, masyarakat bisa menilai sendiri bagaimana kualitas calon gubernur yang akan dipilih pada 27 November mendatang.
“Dengan debat ini masyarakat sudah bisa menilai kualitas masing-masing para calon gubernur,” ungkapnya.
“Herman Deru dan Mawardi Yahya merupakan calon gubernur dengan rekam jejak yang penuh dosa karena gagal membangun Sumsel,” imbuhnya.
Lebih lanjut, kata HB, dengan munculnya tiga calon gubernur dan wakil gubernur Sumsel maka ada pilihan alternatif yang bisa dijadikan pertimbangan masyarakat melalui penilaian sesuai hati nurani.
“Untungnya ada tiga pilihan, tentu ini menjadi sebuah alternatif bagi masyarakat dari pada dua pilihan dengan dosa masa lalu,” tuturnya.
“Herman Deru dan Mawardi Yahya memang sudah berpengalaman menjadi gubernur dan wakil gubernur namun pengalaman yang tidak bagus karena gagal membangun Sumsel,” lanjutnya.
HB berharap masyarakat menjadikan debat cagub dan cawagub Sumsel sebagai refrensi dalam menentukan pilihan sehingga tidak salah memilih pemimpin untuk lima tahun ke depan.
“Semoga debat cagub dan cawagub Sumsel menjadi refrensi masyarakat untuk memilih pemimpin karena sudah bisa dinilai kualitasnya masing-masing,” tandasnya.