JAKARTA, Jaringan Aktivis Nusantara (JAN) memberikan dukungan penuh terhadap Program Makan Bergizi Gratis yang diinisiasi oleh Presiden terpilih, Prabowo Subianto, dalam upaya meningkatkan kualitas gizi masyarakat Indonesia. Program ini diproyeksikan akan didukung oleh impor sapi sebanyak 1,3 juta ekor, dengan keterlibatan sekitar 40 perusahaan yang berkomitmen untuk mendatangkan sapi hidup ke Indonesia.
Wakil Menteri Pertanian, Sudaryono, menjelaskan bahwa program ini penting mengingat kurangnya produksi susu dan daging dari sapi di dalam negeri. “Sapi indukan yang tersedia saat ini tidak cukup untuk mengakomodir kebutuhan gizi yang ada,” ujarnya di Istana Negara, Rabu (11/9/2024). Dengan demikian, impor sapi diperlukan untuk memenuhi kebutuhan susu dan daging yang menjadi bagian penting dari program tersebut.
Sudaryono juga menjelaskan bahwa upaya ini tidak hanya berfokus pada susu dan daging, melainkan juga memanfaatkan sumber protein lain yang tersedia di dalam negeri. Pemerintah akan mengkombinasikan berbagai sumber protein nabati dan hewani, seperti telur, ikan, dan ayam, yang saat ini telah mencapai status swasembada. “Kita sudah surplus di beberapa komoditas pangan, seperti telur, ikan, dan ayam, dan ini akan menjadi komponen penting dalam program makan bergizi,” tambahnya.
Program Makan Bergizi Gratis merupakan salah satu program unggulan yang diusung oleh Presiden terpilih Prabowo Subianto untuk mengatasi masalah kekurangan gizi di Indonesia, terutama di kalangan anak-anak dan masyarakat miskin. Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), sekitar 20,2 persen anak Indonesia di bawah usia lima tahun mengalami kekurangan gizi, sehingga program ini diharapkan dapat memperbaiki kondisi tersebut.
Jaringan Aktivis Nusantara menyambut baik inisiatif ini dan menilai bahwa keterlibatan swasta dalam impor sapi hidup menunjukkan kemitraan yang kuat antara pemerintah dan sektor swasta. “Program ini sangat penting untuk menjamin akses masyarakat terhadap makanan bergizi, dan kami mendukung langkah-langkah konkret yang diambil oleh pemerintah untuk mencapainya,” ujar Romadhon Jasn, Ketua JAN, Sabtu (14/9)
JAN juga menyoroti pentingnya pengawasan dan transparansi dalam pelaksanaan impor sapi ini. Mengingat jumlah sapi yang diimpor mencapai 1,3 juta ekor, Romadhon menegaskan bahwa proses impor harus dilakukan dengan hati-hati agar tidak menimbulkan masalah seperti penyalahgunaan izin atau monopoli oleh pihak tertentu.
“Pengawasan yang ketat diperlukan untuk memastikan bahwa seluruh proses impor sapi ini berjalan lancar dan sesuai dengan aturan yang berlaku,” katanya.
Selain itu, JAN juga menekankan perlunya mendorong swasembada daging dan susu di masa depan. “Impor ini memang langkah yang tepat dalam jangka pendek untuk memenuhi kebutuhan gizi masyarakat, tetapi kita juga harus terus mendorong upaya meningkatkan populasi sapi dalam negeri agar kita tidak selalu bergantung pada impor,” ujar Romadhon.
JAN berharap agar Program Makan Bergizi Gratis ini segera berjalan dan dapat memberikan dampak nyata bagi perbaikan gizi masyarakat Indonesia. Dengan kolaborasi yang kuat antara pemerintah, swasta, dan masyarakat, JAN yakin bahwa masalah kekurangan gizi di Indonesia dapat segera diatasi.