MHR. Shikka Songge.
Kesalahan fundamental rakyat di negeri ini, ialah ketika menyerahkan urusan kepemimpinan negara yg sangat amat penting itu, kepada orang yang bukan ahlinya.
Kondisi bangsa dan negeri kita dewasa ini seakan mengalami titik konjungtur. Rakyat tidak lagi melihat kebenaran, kecerdasan dan integritas pemimpin yang mengarahkan jalan hidup berbangsa dan bernegara. Rakyat tengah terperangkap pada kehidupan tanpa nilai, di mana arah dan orientasi rakyat bukan ditentukan oleh akal sehat, pemikiran besar kaum intelegencia.
Dimensi materialisme telah berhasil merubah alam pemikiran, cara pandang manusia memahammi dunia. Kita temukan dunia kegelapan, dunia penindasan, dimana pemimpin yang hanya bisa mengumbar janji tanpa makna. Kita menyaksikan dunia tanpa kebenaran dan kejujuran, dunia bagai lorong panjang, bertikung dan tak bercahaya. Sepertinya kebenaran dan kejujuran itu menjadi barang mewah dan mahal.
Kita menyaksikan cara pandang politisi, pimpinan partai, penyelenggara negara dikendalikan oleh uang. Ternyata mereka bukan orang besar, bukan sejatinya pemimpin. Kebesaran dan kehormatan mereka bersifat artifisial belaka. Mereka hanya merasa besar dan terhormat karena uang dan jabatan, bukan martabat dan kehormatan. Sebaliknya tanpa uang mereka juga bukan siapa siapa.
Betapa ngerinya rakyat di negeri ini tidak lagi dipimpin oleh pemimpin berilmu dan berkejujuran, atau berintegritas, melainkan pekerja tanpa visi dan pemikiran besar. Gambaran Pemimpin saat ini hanyalah seorang tukang yang membangun jalan dg modal uang pinjam. Tanpa uang mereka sangat tidak berharga, kehilangan nilai tawar. Seakan negeri ini kerdil, miskin dan minus nilai nilai peradaban kemanusiaan. Padahal negeri ini terdiri dari susunan bangsa besar yang sarat dg nilai nilai kebenaran, kebaikan dan kebajikan. Kemana ya hilangnya nilai nilai itu semua?
Fenomena bangsa kita saat ini setelah 22 th reformasi seperti yang pernah dibayangkan Nabi Muhammad SAW pada 15 abad silam. Bahwa pada suatu saat nanti dimana kehidupan manusia ditimpa oleh wabah kedustaan. Pembong yang dipercayai, sedangkan orang benar didustai. Pengkhianat diberikan amanah dipercayai, namun orang jujur justeru dikhianati bahkan menjadi musuh bagi negara. Dan pada saat itu Ruwaibidhah yang berbicara. Para sahabat bertanya, siapakah Ruwaibidhah itu ya Rosulullah ?, seorang laki laki bodoh tetapi ia membicarakan tentang urusan orang banyak, jawab Rosulullah. (HR Ibn Majah).
Sekali lagi krisis dilematis negeri ini, disebabkan rakyat menyerahkan urusan negara bukan pada mereka yang ahli dan berkemampuan secara ilmu dan moral untuk mengurus negeri. Pelajaran mahal yang diambil, agar tidak terulang kembali.
Olehnya tugas kita untuk menyelamatkan urusan negara, kita perlu memberikan tugas kepemimpinan negara kepada suatu generasi yg dipandang memiliki kelayakan. Beragama, berilmu dan berintegritas. Tempat rakyat bersandar, bertanya, dan bangga sebagai warga. Namun sebaliknya, apabila kita memberikan suatu urusan kepada orang yang bukan ahlinya maka tunggulah saat kehancuran. (HR Imam Buchory).
Setiap kamu adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan diminta pertanggung jawaban atas setiap perkara yg telah dikerjakan (HR dari Ibnu Umar ra). Pemimpin, merupakan kategori yang terdidik dan terpelajar, yaitu mereka melakukan sesuatu berdasarkan formulasi permasalahan. Dan setiap pemimpin menyelesaikan masalah dg ilmu dan pengatahuan yg dimiliki. Ilmu yang mengorientasikan proses untuk mengatasi masalah yang dihadapi.
Firman Allah: Janganlah kamu sekalian melakukan suatu perbuatan, jika kamu tidak punya ilmu atasnya, karena sesungguhnya pendengaran, penglihatan dan fikiranmu akan diminta pertanggung jawaban. (QS al Isra: 36.
KEJAHATAN Korupsi telah terjadi secara sistemik terstruktur, merajalela di setiap level instutusi penyelenggara pemerintahan. Pencucian uang Rp 349 Triliun di Direktor Jendral Pajan dan Bea Cukai, adalah contoh kasus korupsi yang terdekat. Utang negara melampaui batas yg dibolehkan konstitusi. Pengelolaan industri pertambangan yg tidak transparan, eksploitatif dan diskriminatif, sehingga menimbulkan gejolak social dan perlawanan di berbagai tempat. Begitu juga industri pertambangan batu bara dan kelapa sawit dg mematok matok tanah milik rakyat tanpa prosedur.
Ketika rakyat dan tokoh agama menyoal dan meluruskan berbagai distorsi dan manipulasi bernegara dg bahasa agama, rakyat justeru dituduh sebagai pelaku kejahatan. Rakyat dan tokoh agama disudutkan dg senjata laras panjang dg tuduhan anti NKRI, anti Pancasila, makar, teroris fundamentalis dan berbagai stigmatisasi negatif lainnya.
Sekarang Presiden Jokowi mengalami goncangan, panik, dihantui oleh berbagai kecemasan, karena belum punya tempat lending yg nyaman pasca 2024 nanti. Artinya dapat difahami bahwa Jokowi meninggalkan legaci buruk, yang menjadi beban politik yang sangat memalukan bagi rakyat. Karenanya Jokowi perlu ikut rawe rawe memumuskan pencapresan, yang menggantikannya, agar aman nantinya.
Keterlibatan Jokowi untuk ikut mengurus Capres bersama beberapa partai pendukung di kabinet, membuat koalisi besar, menurut saya sesuatu yg sangat memalukan. Potret koalisi yg berubah ubah ini merupakan cermin buram pemimpin tidak memiliki moral politik. Untuk apa kolaisi besar bila koalisi tanpa pikiran negarawan. Semua orang tentu faham bahwa apa yg sedang direkayasa oleh Jokowi hanyalah untuk memperpanjang status quo kekuasaan, yg menjadi perpanjangan hasrat oligarcy untuk merampok kekayaan SDA nasioal.
Begitupula apa yang sedang bergejolak di KPK sekarang tidak lain dari skenario Jokowi untuk menghalang halangi perjalanan Anies menuju RI 1. Melalui tangan KPK, Jokowi berupaya mentersangkakan Anies Rasyid Baswedan dalam kasus Formula E seakan menemukan jalan buntuh. Berulang kali Firli Bahuri memaksakan agar ARB mantan Gubernur menjadi tersangka, tetapi sll tidak cukup bukti. Ferli Bahuri pun akhirnya memulangkan 2 pejabat penyelidik KPK dari institusi Polri, karena tidak menjalan skenario Jokowi. Dari sinilah kemudian memicu perlawanan dari dalam di mana staf KPK melakukan aksi protes dan mogok kerja. Upaya mengandangkan Anies pun gagal lagi oleh KPK. Skandal Firli Bahuri yg merusak kehormatan kelembagaan KPK, juga merupakan bahagian dari potret buram wajah Jokowi. Rakyat tentu mengenang Jokowi punya tangan panas dan berambisi buruk merusak proses demokrasi Indonesia di 2024 melalui keinginan merusak KPK.
Tetapi di sisi lain Presiden Jokowi justeru abai, eggan mensikapi secara positif kondisi bangsa yg terus bergerak dinamis. Rakyat menghendaki perubahan politik, yaitu kepemimpinan politik baru yang tidak lagi bersama olighacy.
Mestinya Jokowi menyadari bahwa keberadaanya sebagai Presiden yang sarat kontradiksi, Kemenangan sebagai Presiden bermasalah, sekitar 800 orang pekerja pemilu 2019 mati misterius, beberapa Mentri yang bekerja profesional justeru diberhentikan, pemerintahannya korup, agen oligarcy, minus kebenaran dan kejujuran. Fenomena ini menggambarkan bahwa Jokowi sudah ditinggalkan rakyat.
Dan saat ini kita sedang berproses menuju electoral 2024. Rakyat pun sudah memiliki alam pemikiran politik perubahan yang progresif, meninggalkan tradisi poitik buruk Jokowi. Untuk itu rakyat berkoalisi bersama pemimpin muda yg belagaci, berkarakter dan berintegritas, ARB. Kita pastikan bahwa era Jokowi berakhir dan selesai.
MHR. Shikka Songge.
Ketua Umum HMI Cabang Yogyakarta Thn 1992 – 1993.
Instruktur NDP Tingkat Nasional pada Sekolah Kader HMI.
Wakil Ketua Dewan Narasumber Tingkat Nasional (DNTN) MN Kahmi.
Wakil Sekjen Bidang Kaderisaasi MN Kahmi 2022 – 2027.
Peneliti Agama, Politik dan Social Budaya CIDES, Jakarta.