
Jakarta – Jusuf Kalla (JK) secara resmi melantik Dewan Kehormatan dan Pengurus Pusat Palang Merah Indonesia (PMI) periode 2024-2029. Upacara pelantikan berlangsung di Markas Pusat PMI, Jakarta, Selasa (19/12/2024), dihadiri oleh berbagai tokoh masyarakat dan pengurus PMI dari berbagai daerah. Namun, meski acara ini menegaskan komitmen PMI sebagai organisasi kemanusiaan, pelantikan ini menuai kritik tentang kurangnya regenerasi, minimnya keterwakilan perempuan, dan absennya perwakilan generasi milenial dalam kepengurusan.
Ini adalah periode keempat JK memimpin PMI, memperlihatkan dominasi perannya di organisasi ini. Namun, banyak pihak mempertanyakan keberlanjutan organisasi yang minim memberikan ruang bagi pemimpin baru.
Minim Keterwakilan Perempuan dan Generasi Milenial
Salah satu kritik utama terhadap susunan kepengurusan baru PMI adalah minimnya keterwakilan perempuan. Dari sekian banyak pengurus, hanya satu perempuan yang tercatat dalam struktur baru ini. Ketiadaan keterwakilan perempuan yang signifikan menimbulkan pertanyaan besar mengenai komitmen PMI untuk menjadi organisasi yang inklusif.
“PMI adalah organisasi kemanusiaan yang seharusnya mencerminkan keberagaman masyarakat Indonesia. Namun, pengurus yang didominasi laki-laki dan kurang mengakomodir perempuan menunjukkan bahwa ada persoalan dalam bagaimana organisasi ini memahami inklusivitas,” ujar Romadhon Jasn, Ketua Jaringan Aktvis Nusantara, Jumat (20/12)
Selain itu, susunan pengurus PMI yang baru sebagian besar terdiri dari tokoh-tokoh yang sudah berusia lanjut. Tidak ada generasi milenial yang masuk dalam struktur pengurus, padahal keberadaan anak muda penting untuk membawa inovasi dan perspektif baru. Hal ini menimbulkan pertanyaan tentang bagaimana PMI mempersiapkan diri untuk menghadapi tantangan masa depan.
“Organisasi sebesar PMI membutuhkan regenerasi untuk memastikan keberlanjutan misinya. Generasi milenial adalah aset besar yang harus dilibatkan, terutama untuk menjawab tantangan modern, seperti transformasi digital dan inovasi dalam layanan kemanusiaan,” tambah Romadhon.
Kritik Terhadap Dominasi Kepemimpinan JK
Kritik lainnya adalah terhadap dominasi kepemimpinan JK yang sudah berlangsung selama empat periode. Meski JK dikenal memiliki dedikasi luar biasa dalam memajukan PMI, banyak pihak menganggap bahwa estafet kepemimpinan harus segera diberikan kepada generasi berikutnya.
“Pemimpin yang terus bertahan terlalu lama menciptakan kesan bahwa organisasi ini tidak memberikan ruang bagi regenerasi. Padahal, salah satu nilai yang harus ditanamkan dalam organisasi kemanusiaan adalah berbagi dan mendidik generasi berikutnya untuk melanjutkan perjuangan,” kata Romadhon.
Menurutnya, organisasi seperti PMI harus menjadi tempat di mana calon pemimpin muda dilatih dan diberikan tanggung jawab. Hal ini tidak hanya penting untuk keberlanjutan organisasi, tetapi juga untuk memastikan bahwa PMI tetap relevan di masa depan.
Organisasi Kemanusiaan Tanpa Inklusi
Minimnya keterwakilan perempuan dan generasi milenial membuat banyak pihak mempertanyakan arah PMI ke depan. Seolah-olah, organisasi ini terjebak dalam pola lama tanpa membuka ruang untuk perubahan.
“Organisasi kemanusiaan harus menjadi contoh inklusi. Sayangnya, kepengurusan PMI saat ini justru menunjukkan bahwa aspek inklusi tidak menjadi prioritas. Ini sangat disayangkan, terutama mengingat peran perempuan dan anak muda yang sangat besar dalam sektor kemanusiaan,” ujar Romadhon.
Menurutnya, organisasi kemanusiaan yang tidak mengakomodir banyak kalangan dan generasi berikutnya hanya akan kehilangan relevansinya. “PMI harus belajar berbagi, bukan hanya dari segi sumber daya, tetapi juga dalam kepemimpinan. Dengan begitu, akan tercipta kesinambungan yang sehat dalam organisasi,” tambahnya.
Meskipun banyak kritik, harapan besar tetap ada agar PMI dapat berbenah. Organisasi ini memiliki potensi besar untuk menjadi pelopor dalam inklusi dan keberlanjutan. Untuk itu, diperlukan langkah-langkah konkrit, seperti:
1. Meningkatkan Keterwakilan Perempuan – Memberikan ruang lebih besar bagi perempuan di struktur organisasi adalah langkah penting untuk mencerminkan keberagaman.
2. Melibatkan Generasi Milenial – Anak muda harus dilibatkan untuk membawa inovasi dan menjawab tantangan masa depan.
3. Mendorong Regenerasi Kepemimpinan – Organisasi sebesar PMI harus menjadi tempat kaderisasi bagi calon pemimpin baru.
4. Transparansi dan Akuntabilitas – Membuka ruang diskusi tentang arah kebijakan organisasi untuk memastikan keterlibatan semua pihak.
Dengan langkah-langkah ini, PMI diharapkan tidak hanya menjadi organisasi kemanusiaan yang efektif, tetapi juga menjadi contoh bagaimana sebuah institusi harus inklusif, progresif, dan berkelanjutan.