
Seperti apa reaksi warganet terhadap korupsi Pertamina?
Tanda pagar atau tagar #korupsipertamina dan #pertaminapatraniaga menjadi atensi warganet dalam sepekan terakhir. Tagar merupakan instrumen pelabelan konten di media sosial yang berfungsi untuk mengonsolidasikan atensi warganet terhadap isu tertentu.
Atensi warganet terhadap kedua tagar tersebut seiring dengan peristiwa penahanan Direktur Utama PT Pertamina Patra Niaga Riva Siahaan oleh Kejaksaan Agung pada 24 Februari 2025. Sang dirut bersama enam orang lainnya ditetapkan sebagai tersangka dugaan korupsi tata kelola minyak mentah 2018-2023. Disebutkan ada kerugian negara sebesar Rp 193,7 triliun dari kasus tersebut.
Kerugian tata kelola ini muncul karena Pertamina mengimpor minyak mentah melalui broker dengan harga tiga kali lebih tinggi dari harga kontraktor kontrak kerja sama (KKKS). Karena harga yang tinggi tersebut, pemerintah harus memberikan subsidi BBM dan kompensasi kepada kelompok masyarakat yang terdampak.
Karena melibatkan produk yang dibeli masyarakat banyak, korupsi di tubuh Pertamina ini mendapatkan atensi warganet di media digital, terutama pengguna X (Twitter). Pantauan menggunakan aplikasi Talkwalker sepanjang 21-26 Februari 2025, konten dengan kata kunci Pertamina menghasilkan 309.046 unggahan dan 1.939.560 interaksi warganet di beberapa platform media digital dan media sosial.
Atensi ini terus bertambah hingga dua hari kemudian. Pantauan sepanjang 23-28 Februari 2025 menunjukkan sudah terdapat 547.464 unggahan dan 3.823.835 engagement warganet. Sorotan terhadap Pertamina juga terpantau dari Google Trends. Informasi terkait Pertamina menunjukkan tren peningkatan sejak 24 Februari 2025 pukul 23.00 dan mencapai puncak pencarian dengan skor 100 (skala 0-100) pada 26 Februari 2025 pukul 08.00.
Meski awalnya disebutkan korupsi tata kelola, warganet lebih khusus menyoroti adanya kegiatan mengoplos Pertalite jadi Pertamax di balik kasus ini. Hal ini tidak terlepas dari pernyataan Kejaksaan Agung yang juga menyelidiki dugaan terjadinya pengoplosan (blending) untuk produk BBM yang dibeli Pertamina (Kompas, 25/2/2025).
Penggunaan diksi mengoplos terlihat dari konten yang paling banyak mendapat atensi warganet yang diunggah akun X @asumsico pada 25 Februari 2025 pukul 18.24. Hingga 28 Februari 2025, konten tersebut sudah mendapatkan 3,9 juta impresi dan 63.700 atensi dari pengguna media sosial X baik berupa retweets, replies, ataupun likes.
Diksi serupa muncul dalam unggahan akun X @plisitin yang meneruskan unggahan akun @iwana7x. Konten ini mendapatkan 932.400 impresi dan 71.800 engagement pengguna X
Hampir senada dengan mengoplos, diksi ”menyulap” juga ditemukan dalam lima besar konten yang paling banyak mendapatkan atensi warganet. Diksi tersebut diunggah akun X Ernest Prakasa pada 25 Februari 2025 pukul 19.01. Unggahan konten Erenst yang meneruskan postingan akun @perupadata sudah mendapat 681.700 impresi dan 35.800 atensi warganet.
Terkait kasus tersebut, PT Pertamina telah memberikan penjelasan dan meminta masyarakat agar tidak perlu khawatir karena kualitas produk dicek secara berkala sesuai prosedur yang berlaku. Meski sudah diberikan penjelasan, narasi Pertamina mengoplos BBM yang mereka konsumsi sudah membekas di benak publik.
Penjelasan Pertamina ini boleh jadi kalah dengan salah satu konten yang diunggah di Instagram (25/2/2025) berisi video yang membandingkan dua jenis BBM, yakni Pertalite dan Pertamax yang diambil langsung dari sebuah SPBU. Kedua jenis BBM tersebut ternyata sama warnanya.
Beragam diksi yang muncul dan menjadi konten unggahan yang mendapatkan atensi paling banyak oleh warganet memberikan gambaran adanya kekecewaan masyarakat terhadap Pertamina.
Kekecewaan yang muncul dapat disimpulkan bermuara pada satu substansi, yaitu mengoplos atau menyulap BBM jenis Pertamax. Dari pilihan kata dan interaksi yang banyak digunakan warganet, sentimen terhadap Pertamina juga terekam cenderung negatif (46,9 persen) dibandingkan sentimen positif (5,7 persen).
Sentimen negatif ini cenderung membesar dua hari kemudian. Pada 23-28 Februari 2025, sentimen negatif terhadap Pertamina terpantau 48,4 persen. Peningkatan ini dipicu unggahan konten liga korupsi Indonesia yang menempatkan Pertamina di peringkat pertama. Salah satu konten liga korupsi Indonesia diunggah di media sosial X pada 28 Februari 2025 pukul 14.17. Dalam sehari, konten ini telah mendapatkan 1.000.000 impresi dan 81.500 interaksi pengguna X.
Pantauan menggunakan laman getdaytrends.com juga menunjukkan hal serupa. Konten terkait Pertamina sempat menjadi topik tren peringkat satu di media sosial X pada 28 Februari 2025 dengan 121.100 tweets.
Respon kecewa Konsumen
Menghadapi kekecewaan konsumen yang kian membesar, penjelasan normatif dari Pertamina dirasa belum mencukupi untuk meredam kekesalan publik. Sejumlah tuntutan dari kerugian konsumen sudah tertangkap disuarakan di media digital.
Unggahan di akun media sosial X yang menyebut gugatan class action sudah mendapat 897.000 impressions dan 34.400 interaksi warganet pengguna X.
Demikian pula unggahan jokes berupa kompensasi BBM gratis dari Pertamina. Meski bernada candaan, konten Pertamina bakal menggratiskan BBM telah direspons oleh 1,7 juta impresi dan 34.000 interaksi pengguna media sosial X.
Luapan kemarahan konsumen ini justru ditangkap LBH Jakarta. Sejak 26 Februari 2025, LBH membuka pengaduan warga korban Pertamax oplosan. Formulir pengaduan bisa ini bisa diisi langsung warga di laman LBH Jakarta.
Dalam formulir tersebut, warga dapat memberikan informasi berapa kali dalam sebulan menggunakan Pertamax dan bentuk kerugian apa yang dialaminya. Hingga 28 Februari 2025, LBH Jakarta sudah menerima sedikitnya 426 pengaduan warga.
Respons terhadap kekecewaan konsumen inilah yang seharusnya dilakukan Pertamina. Terlepas dari rumor warganet tentang adanya pengalihan isu Danantara dan unjuk rasa Indonesia Gelap, strategi komunikasi publik berbekal pemetaan perilaku kekecewaan konsumen menjadi langkah penentu mengembalikan kepercayaan masyarakat terhadap Pertamina. (LITBANG KOMPAS)