Jakarta, IndonesiaVisioner- Isu Reshuffle kabinet akhir-akhir dinilai hanya manuver politik pemerintah untuk menutupi kelemahannya. Publik pun yakin reshuffle kabinet bukan jaminan efektivitas pemerintahan koalisi ini akan lebih baik. Apalagi jika alasan utama reshuffle kabinet semata-mata karena kemarahan partai tertentu dan presiden.
foto: Azhar Kahfi
Jelas bahwa untuk meraih kembali kepercayaan dan keyakinan rakyat, Presiden justru harus memperbaiki dan meningkatkan efektivitas kepemimpinannya di kabinet maupun koalisi. Hanya itu opsi yang tersedia bagi presiden, setelah meski gabungan Parpol KMP bergabung dalam koalisi pemerintahan sekarang ini,” ujar Direktur Utama Indonesia Visioner, Azhar Kahfi, di Jakarta, Selasa (5/4/2016).
Menurut Kahfi, sebagian besar publik kita tidak antusias mengikuti isu reshuffle kabinet. Selain karena reshuffle sudah bergema selama berbulan-bulan, berbagai elemen masyarakat pun tidak yakin bahwa reshuffle kabinet bisa memperbaiki dan meningkat efektivitas pemerintahan. Publik sudah yakin bahwa kunci peningkatan kinerja pemerintahan sekarang ini adalah efektivitas kepemimpinan presiden dan bukan semata-mata reshuffle kabinet.
Ketimbang resuffle jokowi tingkatkan efektivitas kinerja kabinet karena itu, lanjut Kahfi, publik melihat nafsu merombak formasi kabinet sebagai tontonan tentang bagaimana presiden dan Partai tertentu melampiaskan kemarahan sering terjadi kegaduhan di tingkat mentri.
Lebih jauh Kahfi menjelaskan, kini publik tidak melihat ada makna strategis dari reshuffle kabinet itu, khususnya bagi rakyat dan negara. Idealnya, acuan reshuffle adalah pandangan obyektif tentang kinerja kabinet, bukan semata-mata karena alasan marah terhadap anggota koalisi.
“Satu-satunya upaya yang relevan dan mendesak untuk dilakukan Presiden Jokowi adalah segera memperbaiki efektivitas kepemimpinannya. Jika kinerja pemerintah mumpuni, keyakinan dan kepercayaan rakyat datang dengan sendirinya, tanpa perlu program pencitraan,” tandasnya. (Jasn/Vis)